Saturday, March 1, 2008

TBA-SBB : Bukan Sekedar Bermain di Bawah Meunasah

oleh : Melly Latifah

Ketika Anda berkunjung ke Kabupaten Aceh Utara, Nangroe Aceh Darusalam (NAD) bisa jadi Anda akan menemukan sekelompok anak usia prasekolah (anak usia TK) yang sedang asyik “bermain” di kolong meunasah-meunasah yang diberi pagar kayu warna-warni. Sekali-kali mungkin terdengar suara anak-anak meneriakkan yel-yel positif dengan penuh semangat, atau menyanyikan lagu dengan riang gembira, atau membentuk kelompok-kelompok kecil mengerjakan sesuatu secara bergotong-royong. Itulah gambaran tentang anak-anak usia prasekolah yang tengah “bermain” di Taman Bermain Anak Semai Beninh Bangsa (TBA-SBB) yang tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Aceh Utara, NAD.

TBA-SBB sebagai Komitmen Bersama dalam Membangun Kualitas SDM

Sejak tahun 2003 hingga tahun 2007, ExxonMobil Oil Indonesia, Inc. bekerjasama dengan Indonesia Heritage Fondation dan Pemda setempat telah mendirikan sebanyak 113 TBA-SBB di hampir semua kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Utara. TBA-SBB ini didirikan secara bertahap dengan dukungan dana pendirian dari ExxonMobil Oil Indonesia, Inc. melalui Community Development Program (CDP)-nya.

Sementara itu, Indonesia Heritage Foudation mendukung program ini melalui kegiatan pelatihan guru dan pengembangan kurikulumnya, sedangkan Pemda Aceh Utara memberi dukungan dalam bentuk pemberian honor bagi para guru dan dukungan biaya operasional pendidikan. Dengan demikian, program ini dapat dikatakan sebagai komitmen bersama antar ketiga institusi tersebut dalam rangka turut membangun kualitas sumberdaya manusia Indonesia sejak usia dini sehingga diharapkan kelak dapat menjadi generasi penerus bangsa yang handal.

TBA-SBB meningkatkan APK tingkat TK di Kabupaten Aceh Utara

Jumlah TBA-SBB yang didirikan di Kabupaten Aceh Utara ternyata lebih banyak dari Taman Kanak-kanak (TK) yang ada di kabupaten tersebut (yaitu sekitar 90 TK). Meskipun tidak diperhitungkan dalam penentuan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat TK, namun faktanya, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, program ini secara signifikan telah membantu Pemda Kabupaten Aceh Utara meningkatkan APK Pendidikan tingkat TK (jika tidak memperhitungkan TBA-SBB, APK tingkat TK tahun 2006 hanya 9,3 %).

Mengapa taman bermain sederhana di kolong meunasah seperti TBA-SBB dapat dinilai sebagai penyumbang kenaikan APK tingkat TK Pemda Kabupaten Aceh Utara? Apakah TBA-SBB dapat disejajarkan dengan TK?

Jika Anda perhatikan secara seksama, ternyata TBA-SBB bukanlah sekedar tempat bermain bagi anak-anak usia prasekolah di kolong meunasah. Namun lebih dari itu, TBA-SBB adalah institusi pendidikan yang dikelola secara sistematis bagi anak usia prasekolah, yang pada mulanya diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga ekonomi lemah yang tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya ke TK. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa pendidikan yang dilaksanakan di TBA-SBB dilaksanakan seadanya. Sebaliknya, TBA-SBB menyelenggarakan proses pembelajaran secara sungguh-sungguh dengan menggunakan konsep Pendidikan Holistik Berbasis Karakter yang dikembangkan oleh Indonesia Heritage Foudation sejak tahun 2000.

Sebelum diberi kesempatan melaksanakan pembelajaran di TBA-SBB, paling tidak, satu dari guru-guru yang ada di setiap TBA-SBB digodok dan dibekali konsep Pendidikan Holistik Berbasis Karakter dalam suatu pelatihan yang diselenggarakan selama 20 hari di Kampus Pendidikan Indonesia Heritage Fondation di Cimanggis Km 37, Depok. Dengan dibekali konsep integrated learning yang menekankan pada pembelajaran yang kontekstual, joyful dan terpusat pada anak serta menekankan pada karakter, diharapkan dapat dihasilkan guru-guru yang berkualitas dan handal dalam penyelenggaraan pendidikan di TBA-SBB sehingga dapat dihasilkan anak-anak yang cerdas secara kognitif sekaligus berkarakter baik.

Hasil penggodokan tehadap para guru serta penerapan konsep Pembelajaran Holistik Berbasis Karakter di TBA-SBB itu ternyata membuahkan hasil yang menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil Studi Evaluasi Keberhasilan Program TBA-SBB di Kabupaten Aceh Utara, NAD yang dilakukan oleh Tim Peneliti dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor (IPB) selama bulan Mei-Juli 2007. Itulah mengapa lulusan TBA-SBB dapat disejajarkan dengan lulusan TK umum, bahkan dapat dikatakan lebih unggul dalam aspek karakter dan kecerdasan majemuknya seperti fakta empiris yang ditemukan dalam studi evaluasi program tersebut.

Secara rinci, hasil studi evaluasi menunjukkan bahwa program pendidikan di TBA-SBB secara nyata berperan besar dalam meningkatkan kualitas beberapa pilar karakter, yaitu : (1) Cinta Tuhan dan ciptaan-Nya; (2) Hormat dan santun; (3) Percaya diri, kreatif dan bekerja keras; (4) Rendah hati; dan (5) Toleransi, cinta damai, dan persatuan. Dalam kelima pilar karakter tersebut, anak-anak TBA-SBB secara nyata mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan anak TK. Dalam aspek kecerdasan majemuk, anak TBA-SBB juga lebih baik dibandingkan dengan anak TK, khususnya pada kemampuan motorik, logis matematis, bahasa, visual spasial, intrapersonal, maupun kemampuan musikalnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa menyekolahkan anak di TBA-SBB ternyata tidak sekedar menitipkan anak untuk sekedar bermain dan bergembira ria. Namun lebih dari itu, sekolah di TBA-SBB memiliki nilai investasi berupa pembentukan karakter dan kecerdasan majemuk pada anak-anak usia prasekolah.

Bagaimana Keberlanjutan TBA-SBB di Kabupaten Aceh Utara?

Meskipun hasil studi menunjukkan keberhasilan program TBA-SBB di Kabupaten Aceh Utara, namun banyak pihak yang bertanya tentang keberlanjutan program TBA-SBB tersebut. Lalu, siapa sesungguhnya yang harus bertanggung jawab terhadap keberlanjutannya?

Program TBA-SBB juga program pendidikan usia dini lainnya tentu bukan hanya menjadi tanggung jawab pihak tertentu saja. Keberlanjutan program TBA-SBB - yang memfokuskan pada penerapan Pendidikan Holistik Berbasis Karakter - juga sangat tergantung pada dukungan pemerintah kabupaten (Bupati, Bappeda, dan Dinas Pendidikan), Tim Penggerak PKK, sektor swasta, dan masyarakat, serta komitmen guru dan pengelola sekolah. Oleh karenanya, untuk menjamin keberlangsungan dan pengembangan program TBA-SBB di masa mendatang, diperlukan strategi, antara lain :
  1. Meningkatkan komitmen dari seluruh stakeholder yang ada di Kabupaten Aceh Utara;
  2. Meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar (mencakup sarana dan prasarana, kualitas guru) baik untuk guru TBA-SBB maupun guru TK; serta
  3. Menguatkan kelembagaan pengelola program TBA-SBB (mencakup Tim Penggerak PKK di tingkat Kelurahan/Desa hingga Kabupaten) yang diperkuat dengan sistem pengelolaan, monitoring, evaluasi, dan pengembangan networking (jejaring) dengan LSM atau lembaga donor dalam penyelenggaraan program pendidikan anak usia prasekolah.

Beberapa strategi tersebut tentu saja tidak bisa dicapai begitu saja tanpa adanya komitmen bersama dari semua stakeholders di kabupaten Aceh Utara. TBA-SBB secara nyata telah berperan besar dalam membentuk karakter dan kecerdasan majemuk anak-anak usia dini di Kabupaten Aceh Utara. Jalan telah terbuka, bukti nyata telah ada di depan mata. Kini adalah saatnya bagi masyarakat Kabupaten Aceh Utara untuk bergerak bersama demi perbaikan kualitas sumberdaya manusia Indonesia menuju kehidupan yang lebih baik. Semoga Tuhan melapangkan jalan bagi kita untuk melangkah menuju cita-cita terbentuknya sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas, yang mampu bersaing di arena pertarungan global.

No comments:

Post a Comment